Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia sekaligus sebagai kota metropolitan. Hal ini tentu saja membuat kota Jakarta tidak pernah berhenti dengan berbagai macam pembangunannya. Pembangunan tersebut mulai dari pusat perbelanjaan, perkantoran, apartemen, bendungan, hingga taman kota. serta berbagai macam fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan kelancaran transportasi, mulai dari TransJakarta hingga underpass.
Berbagai kebutuhan sosial (social needs) terus berupaya dikembangkan untuk memenuhi taraf kelayakan hidup masyarakat di Jakarta. Karena Jakarta dengan luas daerah yang sempit namun padat penduduk, masyarakatnya menginginkan kehidupan yang layak. Hal ini yang membuat keadaan kondisi kota Jakarta cukup mengkhawatirkan. Dengan problem-problem yang dialami masyarakat Jakarta setiap harinya seperti kemacetan yang rutin setiap jam berangkat dan jam pulang kerja kantor, air bersih, polusi, sampah, kurangnya jalur hijau, hingga permukiman kumuh membuat kondisi kota ini sangat dilematis. Terlebih lagi banjir rutin lima tahun sekali yang selalu menghantui masyarakat.Bahkan sekarang hujan seharian pun dapat membuat banjir di wilayah-wilayah tertentu, biasanya yang dulunya adalah rawa-rawa dan lahan persawahan.
Cukup mengkhawatirkan kondisi yang seperti itu karena Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Republik Indonesia.Memang sebagian wajah Jakarta sudah cukup tertata rapi dan bersih. Namun itu hanya sebagian contohnya di daerah sentra bisnis dan daerah-daerah penting lainnya yang merupakan pusat kegiatan. Di sana pembangunan dan lingkungannya sangat diperhatikan. Namun bukan berarti tidak ada masalah dibalik kerapian daerah-daerah itersebut. Dibalik gedung-gedung pusat perkantoran terselip perumahan kumuh dengan penerangan seadannya. Kondisi yang demikian sangat memilukan karena tidak sebanding dengan apa yang didepannya.Tidak perlu dijelaskan siapa yang tinggal didalamnya karena kita sudah mengetahui hal ini sejak bertahun-tahun lalu.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam pembangunan wilayah Jakarta. Pembangunan yang berwawasan lingkungan seharusnya cukup untuk menjadi pedoman dalam pembangunan di Jakarta. Gedung perkantoran yang banyak dibangun untuk membantu pergerakan roda ekonomi yang saat ini sedang bergiat melakukan wirausaha, khususnya para kaum muda. Maka dari pembangunan gedung-gedung kantor pemerintah mengakalinya dengan membangun apartemen, baik subsidi dan non-subsidi, yang dibangun untuk memenuhi tempat tinggal warga Jakarta yang semakin hari lahan perumahannya—dan lahan kosong tentu saja--berkurang akibat pembangunan gedung-gedung tersebut. Apartemen non-subsidi ditujukan untuk kalangan menengah ke atas, biasanya perantau yang sudah punya pekerjaan pasti di Jakarta, sedang subsidi ditujukkan untuk menengah ke bawah yang bertujuan untuk mengurangi daerah kumuh. Namun hal ini tidak berjalan lancar karena banyak dari mereka sudah ‘merasa nyaman’ dengan tinggal di’pemukiman yang kurang layak untuk ditempati’. Dengan satu dan berbagai alasan, yang paling sering dijadikan alasan adalah factor ekonomi. Padahal jika mereka tahu ini adalah untuk kebaikan mereka sendiri. Dan tentu saja mereka akan hidup jauh lebih sehat.
Untuk mengatasi polusi, kebisingan, kurangnya lahan bermain karena pembangunan gedung perkantoran dan apartemen, dan sebagai jalur hijau pemerintah berupaya membangun taman kota. Jakarta sudah cukup berpolusi—sudah termasuk jajaran atas kota terpolusi sedunia, cukup bising yang dapat memicu stress, dan kurangnya lahan bermain untuk anak-anak memerlukan banyak taman kota. Bukan hanya sebagai pemandangan sejuk di siang hari, taman-taman ini juga berfungsi untuk wisata murah akhir pekan. Taman Menteng contohnya, taman ini dibangun dengan fasilitas olahraga, terdapat lapangan basket, futsal, dan tempat cukup lapang untuk anak muda bermain skateboard. Selain itu tersedia pula taman bermain untuk balita. Sayangnya, saat malam taman ini kurang penerangan sehingga rentan terjadi tindakan asusila. Dibutuhkan tindakan pengawasan yang cukup pada setiap taman-taman yang ada di kota Jakarta.
Permasalahan Jakarta yang lain dan cukup krusial adalah banjir, banjir besar yang rutin datang dalam jangka waktu lima tahun sekali. Maka dari itu pemerintah membangun bendungan. Diharapkan bendungan ini dapat membantu mengatasi masalah banjir di Jakarta. Salah satunya adalah bendungan Kalimalang. Bendungan besar ini sedang dalam tahap pembangunan, sebagian sudah hampir jadi. Bendungan memang diharapkan untuk membantu mengatasi banjir, namun hal ini tidak akan berfungsi apabila penduduk Jakarta tidak disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya. Sepertinya yang dimaksud tempat sampah oleh penduduk Jakarta adalah kali, drainase, dan jalanan, yang notabenenya adalah tempat sampah.
Dan hal lain yang memang sudah sangat membutuhkan solusi secepatnya adalah masalah transportasi. Angkot, kopaja, sepeda motor, dan mobil pribadi ramai-ramai memadati jalanan ibukota setiap harinya, pagi dan malam. Pemerintah sudah mencoba mencari pemecahannya dengan menyediakan TransJakarta untuk transportasi wilayah Jakarta. Tapi sepertinya kurang berjalan dengan baik karena masih ada saja pengguna kendaraan pribadi yang menggunakan jalur TransJakarta. Hal ini tentu mengurangi manfaat TransJakarta yang dibuat untuk transportasi umum yang tidak mengalami macet pada jam-jam sibuk, karena sudah mempunyai jalur sendiri.
Jakarta, pembangunan, dan problemanya tidak dapat dipisahkan. Inti dari semua masalah-masalah pembangunan di Jakarta adalah penduduk Jakarta itu sendiri. Semua pembangunan di Jakarta tidak akan berjalan dengan baik apabila masyarakat Jakarta itu sendiri tidak berpartisipasi dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang ada di Jakarta. Secara tidak langsung, keacuhan kita merusak pembangunan itu sendiri.
Berbagai kebutuhan sosial (social needs) terus berupaya dikembangkan untuk memenuhi taraf kelayakan hidup masyarakat di Jakarta. Karena Jakarta dengan luas daerah yang sempit namun padat penduduk, masyarakatnya menginginkan kehidupan yang layak. Hal ini yang membuat keadaan kondisi kota Jakarta cukup mengkhawatirkan. Dengan problem-problem yang dialami masyarakat Jakarta setiap harinya seperti kemacetan yang rutin setiap jam berangkat dan jam pulang kerja kantor, air bersih, polusi, sampah, kurangnya jalur hijau, hingga permukiman kumuh membuat kondisi kota ini sangat dilematis. Terlebih lagi banjir rutin lima tahun sekali yang selalu menghantui masyarakat.Bahkan sekarang hujan seharian pun dapat membuat banjir di wilayah-wilayah tertentu, biasanya yang dulunya adalah rawa-rawa dan lahan persawahan.
Cukup mengkhawatirkan kondisi yang seperti itu karena Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Republik Indonesia.Memang sebagian wajah Jakarta sudah cukup tertata rapi dan bersih. Namun itu hanya sebagian contohnya di daerah sentra bisnis dan daerah-daerah penting lainnya yang merupakan pusat kegiatan. Di sana pembangunan dan lingkungannya sangat diperhatikan. Namun bukan berarti tidak ada masalah dibalik kerapian daerah-daerah itersebut. Dibalik gedung-gedung pusat perkantoran terselip perumahan kumuh dengan penerangan seadannya. Kondisi yang demikian sangat memilukan karena tidak sebanding dengan apa yang didepannya.Tidak perlu dijelaskan siapa yang tinggal didalamnya karena kita sudah mengetahui hal ini sejak bertahun-tahun lalu.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam pembangunan wilayah Jakarta. Pembangunan yang berwawasan lingkungan seharusnya cukup untuk menjadi pedoman dalam pembangunan di Jakarta. Gedung perkantoran yang banyak dibangun untuk membantu pergerakan roda ekonomi yang saat ini sedang bergiat melakukan wirausaha, khususnya para kaum muda. Maka dari pembangunan gedung-gedung kantor pemerintah mengakalinya dengan membangun apartemen, baik subsidi dan non-subsidi, yang dibangun untuk memenuhi tempat tinggal warga Jakarta yang semakin hari lahan perumahannya—dan lahan kosong tentu saja--berkurang akibat pembangunan gedung-gedung tersebut. Apartemen non-subsidi ditujukan untuk kalangan menengah ke atas, biasanya perantau yang sudah punya pekerjaan pasti di Jakarta, sedang subsidi ditujukkan untuk menengah ke bawah yang bertujuan untuk mengurangi daerah kumuh. Namun hal ini tidak berjalan lancar karena banyak dari mereka sudah ‘merasa nyaman’ dengan tinggal di’pemukiman yang kurang layak untuk ditempati’. Dengan satu dan berbagai alasan, yang paling sering dijadikan alasan adalah factor ekonomi. Padahal jika mereka tahu ini adalah untuk kebaikan mereka sendiri. Dan tentu saja mereka akan hidup jauh lebih sehat.
Untuk mengatasi polusi, kebisingan, kurangnya lahan bermain karena pembangunan gedung perkantoran dan apartemen, dan sebagai jalur hijau pemerintah berupaya membangun taman kota. Jakarta sudah cukup berpolusi—sudah termasuk jajaran atas kota terpolusi sedunia, cukup bising yang dapat memicu stress, dan kurangnya lahan bermain untuk anak-anak memerlukan banyak taman kota. Bukan hanya sebagai pemandangan sejuk di siang hari, taman-taman ini juga berfungsi untuk wisata murah akhir pekan. Taman Menteng contohnya, taman ini dibangun dengan fasilitas olahraga, terdapat lapangan basket, futsal, dan tempat cukup lapang untuk anak muda bermain skateboard. Selain itu tersedia pula taman bermain untuk balita. Sayangnya, saat malam taman ini kurang penerangan sehingga rentan terjadi tindakan asusila. Dibutuhkan tindakan pengawasan yang cukup pada setiap taman-taman yang ada di kota Jakarta.
Permasalahan Jakarta yang lain dan cukup krusial adalah banjir, banjir besar yang rutin datang dalam jangka waktu lima tahun sekali. Maka dari itu pemerintah membangun bendungan. Diharapkan bendungan ini dapat membantu mengatasi masalah banjir di Jakarta. Salah satunya adalah bendungan Kalimalang. Bendungan besar ini sedang dalam tahap pembangunan, sebagian sudah hampir jadi. Bendungan memang diharapkan untuk membantu mengatasi banjir, namun hal ini tidak akan berfungsi apabila penduduk Jakarta tidak disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya. Sepertinya yang dimaksud tempat sampah oleh penduduk Jakarta adalah kali, drainase, dan jalanan, yang notabenenya adalah tempat sampah.
Dan hal lain yang memang sudah sangat membutuhkan solusi secepatnya adalah masalah transportasi. Angkot, kopaja, sepeda motor, dan mobil pribadi ramai-ramai memadati jalanan ibukota setiap harinya, pagi dan malam. Pemerintah sudah mencoba mencari pemecahannya dengan menyediakan TransJakarta untuk transportasi wilayah Jakarta. Tapi sepertinya kurang berjalan dengan baik karena masih ada saja pengguna kendaraan pribadi yang menggunakan jalur TransJakarta. Hal ini tentu mengurangi manfaat TransJakarta yang dibuat untuk transportasi umum yang tidak mengalami macet pada jam-jam sibuk, karena sudah mempunyai jalur sendiri.
Jakarta, pembangunan, dan problemanya tidak dapat dipisahkan. Inti dari semua masalah-masalah pembangunan di Jakarta adalah penduduk Jakarta itu sendiri. Semua pembangunan di Jakarta tidak akan berjalan dengan baik apabila masyarakat Jakarta itu sendiri tidak berpartisipasi dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang ada di Jakarta. Secara tidak langsung, keacuhan kita merusak pembangunan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar